Halaman

Cari Blog Ini

November 13, 2025

Jangan Remehkan Anak Nakal — Mereka Punya Cara Sendiri untuk Menang

Di sekolah, kita mengenal tipe murid yang bikin guru geleng-geleng: suka membantah, jarang mengerjakan tugas tepat waktu, tapi nilainya selalu di atas rata-rata. Mereka sering dicap “nakal tapi pintar.” Lucunya, ketika dewasa dan masuk dunia kerja, tipe semacam itu tidak lenyap —mereka hanya berganti seragam, dari putih abu-abu menjadi jas, kemeja, atau seragam dinas.

Di kantor, versi dewasanya disebut pegawai rebel atau nonkonformis produktif. Mereka tidak nyaman dengan aturan yang kaku, tapi justru di tangan merekalah muncul ide-ide segar yang mengubah cara kerja tim. Kalau ada yang bilang “nggak bisa, ini aturan dari dulu,” mereka akan menjawab, “Justru itu masalahnya, sudah terlalu lama tidak berubah.”

Mereka bukan pembangkang tanpa arah. Sebaliknya, mereka punya logika yang tajam dan naluri efisiensi. Ketika rekan kerja lain sibuk menyiapkan laporan dengan cara lama, mereka sudah membuat sistem otomatisasi sederhana yang menghemat waktu separuhnya. Kadang memang melewati prosedur, tapi hasilnya sulit disangkal.

Ada juga tipe “nakal” yang santai, tampak cuek, tapi justru menjaga keseimbangan suasana kantor. Mereka tahu kapan harus bercanda, kapan serius. Saat konflik mulai memanas, mereka datang dengan humor receh yang meredakan ketegangan. Mereka bukan pekerja paling disiplin, tapi keberadaannya bikin tim tetap waras.

Tentu saja, seperti halnya di sekolah, tidak semua “kenakalan” bisa ditoleransi. Di dunia kerja, yang dinilai bukan sekadar melanggar aturan, tapi dampak di balik pelanggaran itu. Kalau tujuannya memperbaiki, mengefisienkan, atau memanusiakan sistem, biasanya orang seperti ini malah jadi pahlawan perubahan. Tapi kalau cuma karena malas atau ego besar, mereka cepat tersingkir.

Perusahaan modern mulai sadar: kadang, yang dibutuhkan bukan karyawan yang selalu patuh, tapi yang berani berpikir berbeda. Mereka mungkin tidak selalu sopan dalam rapat, tapi sering jadi penyelamat dalam krisis.

Jadi, kalau dulu kamu termasuk murid yang sering dimarahi tapi diam-diam nilainya bagus —selamat! Dunia kerja punya tempat untukmu. Hanya saja, kali ini, “kenakalan”-mu perlu naik kelas: dari sekadar melanggar aturan, menjadi berani menciptakan sistem baru yang lebih masuk akal.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar