Pernah terjebak obrolan santai yang tiba-tiba berubah tegang, mirip debat kusir tanpa ujung? Suasana hangat penuh tawa mendadak redup, seperti lampu padam, lalu berganti drama kecil yang bikin kikuk. Tenang, tentu tak sampai berujung tonjok-tonjokan. Sebab, pada akhirnya, tak mungkin juga bencana besar lahir hanya gara-gara tragedi kecil: curanrek —pencurian korek api.
Korek api, si mungil yang seolah remeh, ternyata punya daya magis. Dari sisi psikologi, ia bukan sekadar alat penyulut rokok, melainkan simbol kendali. Ia menjaga ritme sosial udud, mengatur kelanjutan percakapan, sekaligus menguji kesabaran individu.
Yang sering terjadi justru kocak: tangan bergerak otomatis memasukkan korek ke kantong sendiri tanpa sadar. Dalam istilah psikologi, ini mirip automatisme —gerakan spontan tanpa niat. Kalau pakai kacamata studi perilaku, bisa disebut micro-theft: pencurian mikro akibat impuls sesaat. Dan ketika sang pemilik korek sadar “hartanya” lenyap, drama pun dimulai: tangan panik meraba kantong, mata gelisah menerka tersangka utama, suasana mendadak canggung sesaat.
Secara sosial, curanrek menyingkap ironi manusia. Di tengah gelak tawa dan kopi panas, korek api bisa berpindah tangan tanpa disengaja. Pernah ada yang saking paniknya, sampai menjatuhkan gelas ke lantai, sementara teman-temannya terbahak. Fenomena ini menjelma ritual sosial: siapa memberi, siapa meminjam, siapa lupa mengembalikan —semuanya dibumbui grogi sekaligus tawa.
Di beberapa komunitas, memberi korek adalah tanda keramahan, simbol kepercayaan. Namun, begitu korek itu raib —entah nyelip di kantong sendiri atau pindah ke tangan orang lain —muncullah drama terselubung: curiga, kesal, tapi tetap lucu. Korek kecil ini jadi cermin mini, memantulkan sifat manusia: refleks, lalai, atau terlalu percaya diri.
Dan klimaksnya: setelah pencarian penuh misteri, korek api “hilang” itu ternyata ditemukan di… kantong si pemilik sendiri. Seketika, ketegangan buyar jadi ledakan tawa. Semua kepanikan dan kecurigaan berubah menjadi komedi konyol. Pada akhirnya, korek api berhasil mencuri perhatian sekaligus mengajarkan satu hal sederhana: kadang musuh terbesar bukan orang lain, melainkan tangan kita sendiri.***
.jpeg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar