Jalan menuju sukses, katanya,
dipenuhi banyak rintangan. Padahal, seperti perjalanan panjang, yang lebih
sering bikin kita gagal justru tempat
parkir yang menggoda di tengah jalan. Awalnya cuma mampir
sebentar —ngopi dulu, santai dikit, nanti juga lanjut lagi. Eh, tahu-tahu sudah
tiga tahun parkir. Mobil karatan, bensin habis, cita-cita entah ke mana.
Tempat parkir itu bentuknya bisa apa saja. Bisa berupa zona nyaman di pekerjaan yang sebenarnya tidak kita mau, tapi gajinya lumayan dan rekan kerjanya menyenangkan. Ada yang tenggelam dalam hobi —bukan untuk menyegarkan pikiran, tapi pelarian yang meninabobokan. Ada juga yang keasyikan menjaga pertemanan, sampai lupa memperluas circle. Dan yang paling umum: rasa aman dari penghasilan “cukup” yang membuat kita tak lagi mau mengambil risiko. Semua kelihatannya wajar, bahkan menyenangkan. Tapi pelan-pelan, semuanya menyandera langkah.
Psikolog
menyebutnya comfort trap —jebakan
kenyamanan. Dalam riset perilaku, otak manusia memang dirancang untuk mencari
kestabilan dan menghindari ketidakpastian. Maka setiap kali kita merasa “sudah
aman”, sistem saraf otomatis menekan dorongan untuk melangkah lebih jauh. Di
titik itu, kita berhenti bukan karena tak mampu, melainkan karena tubuh dan
pikiran sepakat bahwa “segini saja sudah baik”.
Padahal,
seperti kata Carol Dweck tentang growth mindset, kemampuan berkembang itu bukan
bakat, melainkan pilihan sadar untuk terus belajar meski tak
nyaman. Artinya, yang membedakan orang sukses dengan yang
berhenti di tengah jalan bukan nasib, tapi keberanian
meninggalkan tempat parkir yang enak.
Kita
sering merasa masih di jalur yang benar, padahal sudah lama berhenti. Karena
parkir itu kan kelihatannya tetap di jalan. Ada musik, ada teman ngobrol,
bahkan kadang ada traktiran juga. Yang tidak terasa adalah waktu yang terus berjalan, sementara kita sibuk menikmati
pemandangan yang sama, tiap hari.
Lucunya,
saat melihat orang lain terus melaju, kita bilang, “Wah, enak ya dia, bisa
sampai sana.” Padahal, mungkin dia cuma lebih cepat sadar untuk
cabut dari parkiran. Bukan karena mobilnya lebih bagus, tapi
karena dia tahu: nyaman itu musuh paling halus dari maju.
Jadi,
kalau hidupmu rasanya muter di tempat, coba tengok sekeliling. Mungkin bukan
jalannya yang macet, tapi kamu yang kelamaan parkir.
Sekarang pertanyaannya sederhana: mau
lanjut jalan, atau nambah kopi lagi?***
.jpeg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar