Halaman

Cari Blog Ini

November 06, 2025

Tanpa Kepo dan Modus, Dunia Ini Gak Akan Seru

Kita hidup di zaman yang aneh: bertanya dikira kepo, berbuat baik dibilang modus. Padahal kalau manusia tidak punya rasa ingin tahu, kita tidak akan pernah menemukan listrik, roket, atau bahkan gorengan tahu isi tauge. Otak kita ini secara biologis memang dirancang untuk penasaran. Dopamin — si hormon bahagia — muncul setiap kali kita mendapatkan informasi baru. Jadi kalau kamu dibilang kepo, sebenarnya kamu cuma sedang mempraktikkan hukum alam.

Masalahnya, masyarakat modern kebanyakan trauma sosial. Terlalu sering disakiti oleh “modus”, akhirnya semua kebaikan dikurung dalam kecurigaan. Kamu bantu nyebrangin ibu-ibu, dibilang pencitraan. Kamu ngasih minum ke teman kantor, dikira naksir. Padahal bisa jadi kamu cuma orang haus yang kebetulan punya dua gelas.

Teknologi juga membuat semuanya tambah parah. Di media sosial, semua orang sibuk menampilkan image, sampai yang tulus malah kelihatan mencurigakan. Akibatnya, manusia modern harus punya “izin moral” dulu sebelum berbuat baik, dan “bukti ilmiah” dulu sebelum bertanya. Ironis, kan? Kita hidup di era paling canggih dalam sejarah, tapi kepercayaan antar manusia malah drop seperti baterai HP menjelang tengah malam.

Tapi sudahlah. Teruslah kepo, teruslah modus — dalam artian positif tentunya. Karena tanpa orang yang penasaran dan berniat baik, tak akan ada tahu bulat yang digoreng dadakan; tahunya cuma tahu kotak yang dimakan sesudah dingin.

Dan kalau ada yang bilang kamu kepo, senyumin aja. Karena hanya orang yang penasaran yang berani mencoba resep baru — sementara yang sok tahu, biarin aja jadi tahu kotak yang basi.***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar