Ada
teori menarik yang tidak pernah diajarkan di sekolah dan kampus mana pun: kalau kamu tak
bisa meyakinkan orang dengan kepintaranmu, bingungkan saja dia dengan
kebodohanmu. Kedengarannya ngawur, tapi kalau kamu perhatikan, teori ini sering
dipraktikkan di banyak tempat — dari ruang rapat sampai ruang debat di
televisi.
Orang yang paling keras suaranya kadang bukan yang paling tahu, tapi yang paling pandai memelintir logika sampai semua orang lelah mengikuti alurnya. Mereka bicara panjang lebar, muter ke mana-mana, dan pada akhirnya… tak ada yang berani membantah, bukan karena setuju, tapi karena tak paham lagi mereka sedang membahas apa.
Di
dunia modern, kebingungan bisa jadi senjata. Semakin absurd sebuah pernyataan,
semakin banyak pula yang menganggapnya “berwawasan luas”. Kadang kita lebih
mudah terkagum oleh kerumitan daripada kejelasan. Mungkin karena kebenaran itu
sederhana, sementara kebohongan butuh dekorasi agar tampak meyakinkan.
Tapi
jangan salah kaprah. Membingungkan orang bukanlah tanda cerdas, melainkan tanda
darurat. Itu semacam trik bertahan hidup ketika argumen sudah mentok, tapi ego
belum rela kalah.
Jadi, sebelum kamu mencoba membingungkan orang lain, pastikan dulu kamu sendiri tidak sedang tersesat dalam kebingunganmu. Karena kalau semua orang memakai jurus yang sama, dunia ini bukan lagi tempat adu gagasan — melainkan arena sirkus, di mana setiap orang tampil sebagai badut yang yakin dirinya filsuf.***
.jpeg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar