Minggu sering terasa seperti
sore yang hangat di padang luas setelah hujan kerja keras. Udara lembut, cahaya
keemasan, dan langit yang mulai memerah mengingatkan kita untuk menenangkan
langkah sebelum memasuki minggu berikutnya. Tidak ada aktivitas yang tergesa,
hanya waktu untuk merenung, menikmati napas, dan menata ulang hati.
Psikologi menyebut ini sebagai momen refleksi dan persiapan mental. Setelah Sabtu memberi energi baru, Minggu adalah waktu untuk menutup pekan dengan damai, menyusun prioritas, dan menerima bahwa besok hidup akan kembali sibuk.
Secara biologis, hormon kortisol mulai meningkat di sore hari, menandai kesiapan tubuh menghadapi rutinitas. Tapi saat Minggu sore, tubuh dan pikiran masih bisa menikmati jeda ringan —seperti langit yang perlahan berganti warna, menyiapkan malam dengan lembut.
Sosialnya, Minggu memberi
kesempatan untuk menghubungkan kembali hubungan: keluarga berkumpul, telepon
dari teman lama, atau sekadar obrolan hangat. Energi yang muncul berbeda dari
Sabtu; lebih tenang, lebih kontemplatif, dan lebih menyadarkan kita akan waktu
yang terus berjalan.
Refleksi ilmiah dan filosofis
mengajarkan: Minggu bukan sekadar hari libur terakhir. Ia adalah jembatan
antara akhir dan awal, ruang untuk menghargai yang telah terjadi dan menyiapkan
diri untuk yang akan datang. Keindahan hari ini ada pada kesadaran bahwa waktu
tak bisa dihentikan, tapi bisa dinikmati.
Dan saat matahari turun,
bayangan panjang menyapu padang, kita tersenyum sendiri. Seperti Sabtu yang
adalah oase, Minggu adalah sore yang mengingatkan kita: nikmati dulu sebelum
perjalanan dimulai lagi.***
.jpeg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar