Di zaman ketika semua orang
tampak sibuk “mengejar sesuatu”, kita kadang lupa memastikan apa yang
sebenarnya sedang kita kejar. Ada yang mengejar karier, tapi kehilangan
keluarga. Ada yang memburu pujian, tapi kehilangan ketenangan. Ada pula yang
sibuk menata citra di media sosial, padahal kehidupan nyata sudah berantakan
seperti meja makan selepas pesta.
Kita ini, jangan-jangan, sedang seperti orang memburu bangau, melepas angsa. Bangau itu indah kalau terbang, tapi sulit ditangkap. Angsa memang tak segesit itu, tapi setia di kolamnya —memberi ketenangan bagi siapa pun yang tahu menghargai diam. Tapi manusia modern tak betah pada yang tenang. Kita lebih senang kejar-kejaran dengan ilusi yang tak pernah berhenti menggoda.
Dalam urusan kerja misalnya,
kita rela begadang demi bonus. Dalam urusan cinta, banyak yang mengejar “yang
sempurna di mata kamera”, padahal “yang sederhana di dunia nyata” sudah lebih
dari cukup untuk membuat hati tenteram. Bahkan dalam urusan spiritual, sebagian
orang lebih sibuk memamerkan ibadah daripada merasakan maknanya.
Semua karena kita ingin terlihat
terbang tinggi seperti bangau, bukan hidup damai seperti angsa. Padahal, di
ujung hari, yang kita butuhkan bukan sayap yang indah, tapi tempat pulang yang
teduh.
Jadi, sebelum kembali memburu
apapun hari ini —entah promosi, perhatian, atau pengikut baru— coba tengok
dulu: jangan-jangan yang kita lepaskan justru angsa yang selama ini setia di taman
hati. Karena pada akhirnya, yang bikin hidup berarti bukan seberapa jauh kita
terbang, tapi seberapa banyak yang masih mau menunggu kita kembali.
Dan kalau itu belum cukup untuk
menyadarkan, ingat saja: jangan sampai kita benar-benar menjadi orang yang memburu
bangau, melepas angsa.***
.jpeg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar