Halaman

Cari Blog Ini

Oktober 05, 2025

Senin, Gaspol!

Ada satu fenomena universal yang sulit dibantah: wajah-wajah bete setiap Senin pagi. Jalanan macet, halte mengular, media sosial penuh keluhan “Monday Blues”. Sejak lama, Senin memang dicap sebagai hari paling berat. Bukan hanya karena akhir pekan terlalu singkat, tapi karena rutinitas menunggu tanpa kompromi.

Senin punya reputasi buruk, bukan karena hari itu jahat, tapi karena ia menandai akhir dari kebebasan dua hari yang terlalu cepat berlalu. Orang belum selesai berdamai dengan Minggu malam, tapi sudah harus berhadapan dengan to-do list dan target mingguan. Tak heran kalau banyak yang menjuluki hari ini sebagai simbol perjuangan modern —antara kemalasan dan kewajiban.

Namun di tengah keluhan itu, selalu ada cara memberi makna lain pada awal pekan. Katakan dengan bertenaga: “Senin, Gaspol!” Frasa sederhana ini bisa menggeser suasana, bahkan sebelum kopi pertama ludes.

Fenomena Monday Blues sebenarnya punya penjelasan ilmiah. Psikolog menyebutnya efek transisi: tubuh dan pikiran masih terbawa suasana libur, sementara kenyataan menuntut percepatan. Tapi di sisi lain, ada teori fresh start effect —bahwa awal pekan justru memberi momentum paling tepat untuk memulai kebiasaan baik. Maka tak heran banyak yang bertekad berhenti merokok dimulai Senin, rajin menabung dimulai Senin, bahkan janji mengurangi rebahan pun disusun Senin. Meski ya... sering bubar jalan sebelum Jumat.

Kalau ditarik ke pengalaman, Senin punya citra khas. Ingat masa sekolah dengan upacara bendera, panas matahari jam delapan, dan guru yang mengawasi barisan? Di dunia kerja, Senin identik dengan daftar tugas baru, laporan menumpuk, dan sesi koordinasi yang kadang lebih panjang dari hasilnya. Tak heran muncul budaya meme untuk menertawakan semua itu. Di grup WhatsApp, stiker “muka bantal” jadi ikon resmi hari Senin.

Meski begitu, psikologi populer memberi resep sederhana agar Senin lebih bersahabat. Pertama, siapkan Minggu malam: pilih pakaian, catat agenda, atau bereskan hal-hal kecil yang sering bikin panik pagi hari. Kedua, tidur lebih awal —hindari jebakan Sunday night insomnia yang membuat pagi berantakan. Ketiga, jangan lupakan sarapan; sepiring nasi goreng oke, sebungkus uduk boleh, atau secangkir kopi tubruk biar mood siap tempur. Keempat, mulai hari dengan sesuatu yang menyenangkan: musik enerjik, olahraga ringan, atau sekadar senyum pada rekan kerja. Dan yang terpenting, ubah pilihan kata sejak dari kepala. Daripada bilang, “Aduh, kerja lagi,” lebih baik bilang, “Oke, start lagi.”

Di sinilah “Senin, Gaspol!” bisa jadi semacam vaksin mental. Bukan berarti menutup mata dari realita, tapi memilih sudut pandang yang lebih sehat. Kalau orang lain sibuk mengeluh, kita bisa menyambut Senin dengan gaya: “Ayo, gas dulu aja... nanti juga nemu ritmenya.”

Jadi, kalau masih ada yang menggerutu “I don’t like Monday,” mungkin sudah waktunya kita jawab: “Senin, Gaspol!” Karena sebenarnya bukan Senin yang bikin hidup terasa berat, tapi cara kita menyetir semangat.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar