Kita tidak akan mencapai masa
depan jika bahkan pada pikiran saja sudah diperkarakan. Kalimat itu mungkin
terdengar berlebihan, tapi coba lihat sekeliling: banyak orang kini lebih takut
berpendapat daripada berbuat salah. Pikiran yang jujur bisa dianggap ancaman,
kritik yang logis bisa dituduh subversif. Seolah berpikir berbeda adalah
kejahatan yang pantas disidangkan.
Padahal, kemajuan selalu lahir dari pikiran yang berani menentang arus. Dunia tidak berubah oleh mereka yang diam, melainkan oleh mereka yang berani bertanya: “Kenapa harus begitu?” Tapi di negeri yang cepat tersinggung dan gemar memperkarakan pikiran, keberanian itu perlahan menjadi barang langka. Kita sibuk menyusun kalimat agar aman — bukan agar benar.
Ironisnya,
kita berteriak ingin maju: ingin inovatif, kreatif, modern. Namun lupa bahwa
semua itu berakar dari kebebasan berpikir. Tak akan ada masa depan di bawah
bayang-bayang ketakutan. Tak akan ada lompatan kemajuan bila imajinasi saja
diawasi.
Mungkin,
masa depan bukan semata soal teknologi atau pendidikan. Ia adalah soal ruang yang
aman bagi pikiran untuk tumbuh. Tempat di mana ide bisa diperdebatkan tanpa
diperkarakan. Di mana perbedaan tak perlu diadili, cukup dipahami.
Sebab
begitu pikiran dikurung, masa depan pun ikut terkunci di dalamnya. Dan kita
hanya akan berjalan di tempat — sambil meyakinkan diri bahwa diam adalah bijak,
padahal bangsa yang memperkarakan pikiran, sesungguhnya sedang memenjarakan
masa depannya sendiri.***
.jpeg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar