Halaman

Cari Blog Ini

Oktober 30, 2025

Ketika Logika Tak Berlaku, Diam Jadi Kemenangan

Ada orang yang kalau diajak diskusi, bukan mencari kebenaran, tapi kemenangan. Semakin kamu jelaskan, semakin dia yakin dirinya benar. Bahkan ketika bukti sudah segunung, dia tetap bertahan di atas keyakinan yang rapuh — yang lebih banyak disusun dari kebiasaan, bukan pemikiran.

Di dunia nyata, mereka bisa muncul di mana saja: di grup WhatsApp keluarga, di kolom komentar media sosial, di rapat kantor, bahkan di forum publik yang katanya “cerdas”. Ciri khasnya sederhana: mereka tak mendengarkan. Mereka hanya menunggu giliran bicara, sambil menyiapkan kalimat untuk memotong ucapanmu. Kadang nada suara ikut naik, seolah volume bisa menggantikan logika.

Berdebat dengan mereka hanya menguras energi. Kamu akan terseret ke level yang sama — tempat logika tak berlaku dan yang bertahan bukan argumen, tapi ego. Di level itu, siapa yang paling keras bicara sering dianggap paling benar. Dan di situ, kamu bukan kalah karena argumenmu lemah, tapi karena kamu salah memilih lawan.

Maka, kalau bertemu tipe seperti ini, tak perlu membuktikan apa pun. Cukup kasih senyum, angguk sedikit, lalu langkah mundur dengan tenang. Dunia ini tidak kekurangan orang pintar — hanya terlalu banyak yang merasa sudah tahu segalanya. Kadang, yang paling bijak bukan yang paling pintar, tapi yang tahu kapan harus diam.***

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar